Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid

Menurut manaqib atau riwayat hidupnya, Habib Sholeh lahir tahun 1313 H di kota Korbah Ba Karman, Wadi 'Amd, sebuah desa di Hadramaut, Yaman Selatan. Ayahnya bernama Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid juga seorang tokoh ulama dan wali yang sangat di cintai masyarakat, terkenal dengan sebutan Al-Bakry Al-Hamid. Ibunya bernama Aisyah dari keluarga Al-Abud Ba Umar dari Masyayaikh Al-'Amudi.
Sejak kecil Habib Sholeh gemar sekali menuntut ilmu, beliau banyak belajar dari ayahandanya yang memang seorang Ahli ilmu dan Tasawuf, berkat gembelengan dan didikan dari ayahnya Habib sholeh memilki kegelisahan batiniyah yang rindu akan Allah Swt dan rindunya Kepada Rasulullah Saw, akhirnya beliau melakukan "Uzlah" ( Mengasingkan diri) selama hampir 7 tahun. Sepanjang waktu selama mengasingkan diri Habib Sholeh memperbanyak membaca al quran, dzikir dan membaca Sholawat. Hingga akhirnya Habib Sholeh Di datangi oleh tokoh Ulama yang juga wali qutub Habib Abu bakar bin Muhammad As Segaf dari Gresik, Habib Sholeh di beri sorban hijau dimana sorban tersebut dari Rasulullah Saw dan ini menurut Habib Abu bakar As Segaf adalah suatu isyarat bahwa gelar wali qutub yang selama ini di sandang oleh habib Abubakar Assegaf akan diserahkan Kepada Habib Sholeh Bin Muhsin. Namun Habib sholeh Tanggul merasa bahwa dirinya merasa tidak pantas mendapat gelar Kehormatan tersebut. Sepanjang Hari habib Sholeh tanggul menangis memohon kepada Allah Swt agar mendapat Petunjuknya.
Dan suatu ketika habib Abu Bakar Bin Muhammad assegaf Gresik mengundang Habib sholeh tanggul untuk berkunjung kerumahnya, setelah tiba dirumah habib Abu Bakar Bin Muhammad As Segaf menyuruh Habib Sholeh Tanggul untuk mandi di sebuah kolam milik Habib Abu bakar Assegaf, setelah mandi habib Sholeh tanggul di beri ijazah dan dipakaikan Sorban kepadanya. Dan hal tersebut merupakan isyarat Bahwa habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf telah memberikan Amanat kepada Habib sholeh tanggul untuk melanjutkan dakwah kepada masyrakat.
Habib Sholeh mulai melakukan berbagai aktifitas dakwahnya kepada masyarakat, dengan menggelar berbagai Pengajian- pengajian. Kemahiran beliau dalam penyampaian dakwahnya kepada masyarakat membuat beliau sangat dicintai, dan Habib sholeh mulai dikenal dikalangan Ulama dan habaib karena derajat keilmuan serta kewalian yang beliau miliki. Habib sholeh tanggul sering mendapat kunjungan dari berbagai tokoh ulama serta habaib baik sekedar untuk bersilahturahmi ataupun untuk membahas berbagai masalah keagamaan, bahkan para ulama serta habaib di tanah air selalu minta didoakan karena menurut mereka doa Habib sholeh tanggul selalu di kabulkan oleh allah Swt. Pernah suatu ketika habib Sholeh tanggul berpergian dengan habib Ali bin Abdurrahman Al habsy, Kwitang dan Habib ali bin Husin, Bungur, didalam perjalanan, Beliau melihat kerumunan warga yang sedang melaksanakan sholat Istisqo' ( Sholat minta hujan ) karena musim kemarau yang berkepanjangan, lalu Habib sholeh Memohon kepada allah Untuk menurunkan Hujan maka seketika itupula hujan turun. Beliau berpesan kepada jamaah majlis taklimnya apabila doa-doa kita ingin dikabulkan oleh Allah Swt jangan sekali-kali kita membuat allah murka dengan melakukan maksiyat, muliakan orang tua mu dan beristiqomalah dalam melaksanakan sholat subuh berjama'ah.
Habib Sholeh meninggal pada tanggal 7 Syawal 1396 H atau sekitar tahun 1976 M, hingga sekarang karomah beliau yang tampak setelah beliau meninggal adalah bahwa makam beliau tidak pernah sepi dari para jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk berziarah, Terlebih lagi pada waktu perayaan haul beliau yang diadakan setiap hari kesepuluh di bulan syawal, ribuan orang akan tumpah ruah ke jalan untuk memperingati haul beliau.
Membicarakan karamah Habib Sholeh tidak bisa lepas dari peristiwa yang mempertemukan dirinya dengan Nabi Khidir AS. Kala itu, layaknya pemuda keturunan Arab lainnya, orang masih memanggilnya Yik, kependekan dari kata Sayyid, yang artinya Tuan, sebuah gelar untuk keturunan Rasulullah.
Suatu ketika Yik Sholeh sedang menuju stasiun Kereta Api Tanggul yang letaknya memang dekat dengan rumahnya. Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta uang. Sholeh yang sebenarnya membawa sepuluh rupiah menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki. Pengemis itupun pergi, tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena dijawab tidak ada, ia pergi lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya. Ketika didapati jawaban yang sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di saku kamu?” seketika Yik Sholeh merasakan ada yang aneh. Lalu ia menjabat tangan pengemis itu. Ketika berjabat tangan, jempol si pengemis terasa lembut seperti tak bertulang. Keadaan seperti itu, menurut beberapa kitab klasik, adalah ciri fisik nabi Khidir. Tangannyapun dipegang erat-erat oleh Yik Sholeh, sambil berkata, “Anda pasti Nabi Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang pengemispun berdoa, lalu pergi sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang seorang tamu.
Tak lama kemudian, turun dari kereta api seorang yang berpakaian serba hitam dan meminta Yik Sholeh untuk menunjukkan rumah habib Sholeh. Karena di sekitar sana tidak ada yang nama Habib Sholeh, dijawab tidak ada. Karena orang itu menekankan ada, Yik Sholeh menjawab, “Di daerah sini tidak ada, tuan, nama Habib Sholeh, yang ada Sholeh, saya sendiri, “Kalau begitu andalah yang saya cari,” jawab orang itu lalu pergi, membuat Yik Sholeh tercengang.
Sejak itu, rumah Habib Sholeh selalu ramai dikunjungi orang, mulai sekedar silaturrahmi, sampai minta berkah doa. Tidak hanya dari tanggul, tetapi juga luar Jawa bahkan luar negeri, seperti Belanda, Afrika, Cina, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Mantan wakil Presiden Adam malik adalah satu dari sekian pejabat yang sering sowan kerumahnya. Satu bukti kemasyhuran beliau, jika Habib Sholeh ke Jakarta, menjemputnya bejibun, melebihi penjemputan Presiden,” ujar KH. Abdillah yang mengenal dengan baik Habib, menggambarkan.
KH.Ahmad Qusyairi bin Shiddiq adalah sahabat karib habib. Dulunya Habib Sholeh sering mengikuti pengajian KH. Ahmad Qusyairi di Tanggul, tetapi setelah tanda-tanda kewalian Habib mulai menampak, ganti KH. Qusyairi yang mengaji kepada Habib.
Menjelang wafat, KH. Qusyairi sowan kepada Habib. Tidak seperti biasa, kala itu sambutan Habib begitu hangat, sampai dipeluk erat-erat. Habib pun mnyembelih seekor kambing khusus menjamu sang teman karib. Disela-sela bercengkrama, Habib mengatakan bahwa itu terakhir kali yang ia lakukan. Ternyata beberapa hari kemudian KH. Qusyairi wafat di kediamannya di Pasuruan.
Tersebutlah seorang jenderal yang konon pernah mendapat hadiah pulpen dari Presiden AS D. Esenhower. Suatu ketika pulpen itu raib saat dibawa ajudannya kepasar (kecopetan). Karuan saja sang ajudan kalang kabut, sehingga disarankan oleh seorang kenalannya agar minta tolong ke Habib Sholeh.
Sampai di sana, Habib menyuruh mencari di Pasar Tanggul. Sekalipun aneh, dituruti saja, dan ternyata pulpen itu tidak ditemukan. Habib menyuruh lagi, lagi-lagi tidak ditemukan. Karena memaksa, Habib masuk kedalam kamarnya, dan tak lama kemudian keluar dengan menjulurkan sebuah Pulpen. “Apa seperti ini pulpen itu? Sang ajudan tertegun, karena ternyata itulah pulpen sang jenderal yang sudah pindah ke genggaman pencopet.
Nama Habib Sholeh kian terkenal dan harum. Kisah-kisah yang menuturkan karomah beliau tak terhitung. Tetapi perlu dicatat, karomah hanyalah suatu indikasi kewalian seseorang. Kelebihan itu dapat dicapai setelah melalui proses panjang yaitu pelaksanaan ajaran Islam secara Kaffah. Dan itu dilakukan secara konsekwen dan terus menerus (istiqamah), sampai dikatakan bahwa Istiqamah itu lebih mulia dari seribu karamah.
Tengok saja komitmen Habib terhadap nilai-nilai keislaman, termasuk keperduliannya terhadap fakir miskin, janda dan anak yatim, menjadi juru damai ketika ada perselisihan. Beliau dikenal karena akhlak mulianya, tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan berusaha menyenangkan hati mereka, sampai-sampai dikenal tidak pernah permintaan orang. Siapapun yang bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Habib Sholeh sering menimba sendiri air sumur untuk mandi dan wudhu para tamunya.
Maka buah yang didapat, seperti ketika Habib Ahmad Al-Hamid pernah berkata kepada baliau, kenapa Allah selalu mengabulkan doanya. Habib Sholeh menjawab, “Bagaimana tidak? Sedangkan aku belum pernah melakukan hal yang membuat-Nya Murka.”