--> Skip to main content

Kisah Alqomah dan ibunya

Alqomah tidak pernah meninggalkan majelis Rasulullah saw. Dia sangat jujur dalam urusan uang dan timbangan. Sayang ia lebih memutuskan hubungan dengan ibunya, karena lebih mengutamakan istrinya. Sewaktu sakit, menjelang ajalnya, para sahabatnya menuntunnya mengucapkan kalimat syahadat, tetapi ia tidak mampu mengucapkannya. Kejadian ini kemudian disampaikan kepada Rasulullah saw.
“Ya Rasulullah, Alqomah tidak dapat mengucapkan kalimat syahadat padahal ia sekarang sedang sekarat,” lapor para sahabatnya.
Rasulullah saw segera pergi menengok Alqomah, beliau sendiri kemudian menuntun Alqomah mengucapkan kalimat syahadat, namun Alqomah tidak bisa mengucapkannya. Permasalahan Alqomah ini menjadi besar, karena Rasulullah sendiri tidak mampu menuntunnya mengucapkan kalimat tauhid. “Beritahu kami, bagaimana keadaan suamimu dan bagaimana amalnya?” Tanya Rasulullah saw kepada istri Alqomah.
“Ya Rasulullah, semua amalnya baik kecuali satu hal,” jawabnya.
“Apa itu?”
“Demi cintanya kepadaku ia memutuskan hubungannya kepada ibunya.”
“Nah, jelaslah sekarang. Itulah yang menyebabkan ia tidak dapat mengucapkan syahadat,“ kata Rasulullah saw.
Rasulullah saw kemudian mengutus seorang sahabat untuk menemui ibu Alqomah.
“Sampaikan salamku kepadanya dan tanyakan apakah ia mau datang kepadaku atau aku yang datang mengunjunginya.”
“Diriku sebagai tebusan beliau, aku lebih berhak mengunjunginya,” jawab ibu Alqomah.
“Rasulullah berada di rumah Alqomah,” kata sahabat itu.
Ibu Alqomah kemudian pergi ke rumah anknya.
“Maafkan anakmu,” pinta Rasulullah saw kepada sang ibu.
“Tidak ya Rasulullah, aku tidak bisa memaafkannya. Luka hatiku ini terlalu dalam. Tiap malam aku tidak bisa tidur nyenyak karena rasa marah yang bergejolak di dadaku.  Sementara, ia tidur nyenyak di samping istrinya. Tidak, aku tidak bisa memaafkannya,” kata sang ibu.
Rasulullah membujuk ibu ini agar mau meridhoi anaknya, tetapi tidak berhasil. Beliau kemudian menemukan siasat.
“Kumpulkanlah kayu,” perintah Rasulullah kepada para sahabtanya. Tak berapa lama, terkumpullah kayu dalam jumlah besar. Beliau kemudian memerintahkan untuk membakar timbunan kayu itu.
Melihat api yang menjilat-jilat, sang ibu bertanya, ”Ya Rasulullah, apa yang hendak kamu perbuat dengan api itu?”
“Kami akan melemparkan Alqomah ke dalamnya.”
“Anakku, buah hatiku akan kamu bakar?” jerit ibu Alqomah.
“Jika kamu tidak bisa memaafkan, Allah akan membakarnya dengan api akhirat yang jauh lebih dahsyat dan besar.”
Menyadari hal ini, sang ibu akhirnya berkata, “Ya Rasulullah, aku maafkan dia.”
Rasulullah saw kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Tengoklah Alqomah! Bagaimana keadaanya?”
Mereka segera bergegas ke dalam rumah Alqomah. Dan dari balik dinding, mereka mendengar Alqomah mengucapkan kalimat syahadat.
Janganlah durhaka kepada kedua orang tua. Tiada dosa yang lebih berat dan lebih cepat siksanya di dunia dan akhirat melebihi durhaka kepada kedua orang tua. Sedangkan berbakti kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban bagi setiap anak. Karena itu, berbaktilah kepada mereka. Janganlah durhaka atau memutuskan hubungan silaturahmi dengan mereka. Berbaktilah kepada keduanya, baik semasa hidup maupun sepeninggal mereka.
http://alhabibsegafbaharun.com/
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar