Kumpulan kalam hikmah Al Quthb Al Habib Abu Bakar Assegaf Gresik.

“Kalian wahai pemuda, tidak akan
mengerti tawadlu’ kecuali jika kalian hadir semisal majelis ini (Majelis
Ta’lim). Akan tetapi selagi kalian lari dan melarikan diri dari
majelis-majelis yang kalian lihat, kalian tidak akan mendapatkan
apa-apa”.
“Dzikir adalah penghasil sebuah cahaya
dalam hati. Dan di kala berdzikir terkadang terdapat rasa panas yang di
hasilkan oleh sebab darah yang di masak dan dibersihkan. Tatkala sudah
bersih maka dengan mudah bertempat cahaya-cahaya tersebut pada
tempatnya.”
“Allah, Allah Fil Masjidi Seggaf, Solo…!
Kalian jaga dan makmurkan dengan sholat jamaah. Ketahuilah adanya
masjid ini adalah ni’mat bagi kalian wahai penduduk Solo. Tidak ada
masjid yang seperti Masjid Seggaf ini, karena mendapat kekhususan dari
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Ketika kita putus asa dan ada rasa
malas dalam membangunnya, Nabi Shallallahu ‘Alayh Wa Sallam berkata:
‘Bangkit dan bangunlah karena aku ikut serta bersamamu.’“
“Selagi penduduk daerah atau desa saling
menyambung tali silaturahmi dan saling menanamkan rasa kasih sayang,
tidak ada pertikaian di antara mereka, tidak saling hasud dan membenci,
maka semua bala’ yang harus turun tertahan di antara langit dan bumi
bertahun-tahun. Sebagai gantinya di taburkan keberkahan dalam kehidupan
mereka berkah dari rasa kasih sayang mereka. Akan tetapi, jika mereka
saling membenci dan hasud diantara mereka maka menjadi penyebab jebolnya
dinding penahan antara mereka dan bala’ tersebut. Maka segala macam
musibah dan mala petaka silih berganti menghujani mereka, karena jika
turun bala’ rata semua terkena”
“Siapa saja dalam keadaan penuh
kesusahan dan dalam kesempitan atau kesumpekan serta banyak pikiran
hendaknya melazimi doa ini: Laisa lahaa minduunillahi kaasyifa 100 kali.
Ketahuilah barangsiapa yang rajin membacanya insyaa Allah hilang semua
rasa sumpek dan Allah akan ganti dengan kelapangan, ketenangan, jalan
keluar serta kebahagian.”
“Dalam bersahabat hendaknya tidak saling
menjatuhkan haknya atas orang lain. Jangan sekali-kali meminta hak
persahabatanya terhadap teman, jika ada hal ini maka persahabatan kalian
akan kekal dan akan timbul rasa saling bahu membahu.”
“Jika seseorang menambah atau mengurangi
jumlah hitungan atau menambah dalam doa yang sudah di tentukan, maka
tidak akan mendapatkan kekhususan dari wirid atau doa tersebut. Karena
doa atau wirid seperti kunci, jika di tambah atau di kurangi gigi
kuncinya, tidak akan dapat di gunakan membuka pintu.”
“Hendaknya seseorang tidak meninggalkan
dzikir walaupun dalam keadaan bekerja atau dalam rutinitasnya. Karena
berdzikir memungkinkan untuk di lakukan dalam hal tersebut. Berbeda
dengan amal-amal yang lain, perlu waktu dan batas yang khusus.
Ketahuilah, hati jika kosong dari dzikir menjadi gelap, sebab hati yang
sepi dari dzikir seperti rumah yang tidak ada lampunya. Dzikir adalah
pendekat kalian-kalian kepada Allah Ta’aalaa. Setiap dzikir memiliki
pancaran cahaya yang sangat terang dalam hati juga sangat memberikan
bekas dalam menerangi hati.”
“Tiga perkara yang sepatutnya manusia tidak peduli dan tidak merasa malu pada siapapun.
1.Suatu majelis yang tidak cocok dengannya maka berdirilah dan jangan kalian hadiri.
2.Makanan yang berbahaya, jangan kau makan.
3.Jika berkata seorang guru atau orang
terkemuka padamu di suatu majelis:“Masuklah atau majulah kedepan…!” Atau
apapun perintah yang serupa dengan itu, maka jangan sampai kamu
berkata, “Yang lain saja, masih ada yang lebih mulia dariku..” Akan
tetapi, taati perkataan mereka karena seorang guru atau orang yang
terkemuka mereka lebih tahu siapa yang pantas ke depan.”
“Ketahuilah bahwa Allah swt akan
memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan
niatnya. Menurut saya Allah SWT niscaya akan mendatangkan segala
nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di
dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian
dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan
naik dan diterima Allah SWT kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah
wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah SWT
yang sejati jika belum membersihkan hatinya!”
“Ketahuilah wahai saudara-saudaraku,
hati yang ada di dalam ini (sambil menunjuk ke dada beliau) seperti
rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka
akan nampak nyaman dan hidup. Namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh
orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak
terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati,
sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.”
“Wahai sadara-saudaraku, dengarkanlah
apa yang dikatakan Habib Ali! Beliau meminta kepada kita untuk selalu
meluangkan waktu menghadiri majlis-majlis semacam ini ( ta’lim, dzikir
)! Ketahuilah bahwa menghadiri suatu majlis yang mulia akan dapat
menghantarkan kita kepada suatu derajat yang tidak dapat dicapai oleh
banyaknya amal kebajikan yang lain. Simaklah apa yang dikatakan guruku
tadi!”
“Di zaman ini, hanya sedikit orang yang
menunjukkan adab luhur dalam majlis. Jika ada seseorang yang datang,
mereka berdiri dan bersalaman atau menghentikan bacaan, padahal orang
itu datang ke majlis tersebut tidak lain untuk mendengarkan. Oleh
karenanya, banyak aku jumpai orang di zaman ini, jika datang seseorang,
mereka berkata, “silahkan kemari” dan yang lain mengatakan juga
“silahkan kemari” sedang orang yang duduk di samping mengipasinya.
Gerakan-gerakan dan kegaduhan yang
mereka timbulkan menghapus keberkahan majelis itu sendiri. Keberkahan
majlis bisa diharapkan, apabila yang hadir beradab dan duduk di tempat
yang mudah mereka capai. Jadi keberkahan majlis itu pada intinya adalah
adab, sedangkan adab dan pengagungan itu letaknya di hati. Oleh karena
itu, wahai saudara-saudarku, aku anjurkan kepada kalian, hadirilah
majlis-majlis khoir ( baik ). Ajaklah anak-anak kalian kesana dan
biasakan mereka untuk mendatanginya agar mereka menjadi anak-anak yang
terdidik baik, lewat majlis-majlis yang baik pula!”
“Saat-saat ini aku jarang melihat
santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak aku
lihat mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu dengan cara tidak
menghormatinya, menenteng atau membawa dibelakang punggungnya. Lebih
dari itu mereka mendatangi tempat-tempat pendidikan yang tidak
mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai
nilai semata-mata. Mereka diajarkan pemikiran para filosof dan budaya
pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani.”
“Apa yang akan terjadi pada generasi
remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Al Habib Ali
pernah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasa. Padahal di
zaman beliau, aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan
negeri Hadramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab,
berakhlaq, menghargai ilmu dan orang ‘Alim. Bagaimana jika beliau
mendapati anak-anak kita disini yang tidak menghargai ilmu dan para
Ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau
menambahkan bahwa aku akan meletakkan para penuntut ilmu di atas
kepalaku dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa
adab, ingin rasanya aku menciun kedua matanya.”
“Aku teringat pada suatu kalam seorang
shaleh yang mengatakan; Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali
keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah Kaum Sholihin dan
berkiblat pada buku-buku modern dengan pola pikir moderat. Wahai
saudara-saudarku! Ikutilah jalan orang-orang tua kita yang sholihin,
sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas. Ketahuilah
Salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal
sholeh.”
“Aku teringat pada suatu untaian mutiara
nasihat Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas yang mengatakan; Ilmu
adalah alat, meskipun ilmu itu baik ( hasan ), tapi hanya alat bukan
tujuan, oleh karenanya ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat
yang sholeh. Ilmu demikianlah yang dapat mengantakan seseorang kepada
maqam-maqam yang tinggi.”
Sumber: Abu Salwa Gresik