--> Skip to main content

Bung Karno Berjalan Merangkak Saat Menuju Makam


Cerita Bung Karno berjalan merangkak saat menuju makam Rasulullah ini pernah diceritakan oleh Al Habib Abu Bakar bin Hasan Al Atthos Azzabidi. Beliau adalah seorang ulama yang rendah hati dan ikhlas dalam membagi ilmunya di setiap majelis di masanya.


Sekilas tentang Al Habib Abu Bakar Bin Hasan Al Atthos Azzabidi. Pengajian di majelisnya merupakan pengajian yang cukup fenomenal di kota Depok. Diadakan setiap hari Ahad sore yang berlokasi di kediamannya, Jl. Karya Bakti, Tanah Baru, selalu dihadiri ribuan jama’ah. Tanpa adanya poster dan spanduk, hanya dari mulut ke mulut, tapi yang mengikuti pengajian hampir dari semua usia dan dari semua wilayah Jabodetabek. Beliau meyakini bahwa Allah SWT yang akan menggerakkan hati setiap jama’ah yang ikhlas untuk mengaji. Salah satu pesan Beliau, “Majelis yang berkah ditandai dengan kuatnya keinginan jama’ah untuk selalu hadir dan mendapatkan ilmu.” 

Kembali ke cerita Bung Karno. Saat masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Soekarno pernah berkunjung ke Arab Saudi, tepatnya tanggal 18 Juli 1955. Sebagai tamu kehormatan Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud. Sejarah Saudi Arabia juga mencatat, perbaikan jalur Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah adalah berkat saran Bung Karno kepada Raja Saudi.

Tahun 1955 pengaruh Bung Karno di peradaban dunia di Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan  Timur Tengah termasuk Saudi Arabia sangat besar. Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud begitu mengagumi pribadi Bung Karno karena beliau termasuk Presiden yang membantu kemerdekaan negara-negara Asia Afrika.

Di dalam kunjungannya, Bung Karno dan Raja Saudi saat itu berjalan di kota Madinah. Bung Karno kemudian bertanya kepada Raja Saudi,“ Dimana makam Rasulullah SAW berada?”
Raja Saudi menjawab,“ Makam Rasulullah Muhammad SAW sudah kelihatan dari sini.” Karena tanda- tanda keberadaan Masjid Nabawi telah kelihatan dari kejauhan.

Disaat itu pula, Bung Karno melepaskan seluruh atribut- atribut serta pangkat kenegaraan yang digunakan. Raja Saudi melihat dengan sedikit heran dan bertanya kepada Bung Karno,“ Kenapa kamu melepaskan itu semua?”

Bung Karno dengan tenang menanggapi,“ Yang ada di situ itu adalah Rasulullah SAW. Beliau mempunyai pangkat yang jauh lebih mulia dari kita, saya, dan dirimu.”
Lalu Bung Karno kemudian berjalan merangkak sampai ke makam baginda Nabiyullah Muhammad SAW.

Cerita ini kembali dituturkan oleh seseorang Sayyid yang sesungguhnya lebih diketahui lewat ciptaan lagu- lagu perjuangannya, seperti Hari Merdeka, Hymne Guru, Syukur, serta sebagian lagu yang lain. Dia merupakan Sayyid Husein Muthahar yang turut bersama Bung Karno dalam lawatan kenegaraannya saat itu.

Lihatlah betapa besar wujud ketundukan serta kecintaan seseorang Bung Karno kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah kebenaran ke segala jagad raya. Bagi Soekarno, pangkat serta keahlian yang dimilikinya tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak ada yang dapat menandingi derajat serta pangkat yang Rasulullah SAW miliki sebagai kekasih Allah.


Sebagian orang mengaitkan kejadian ini dengan ramainya kunjungan peziarah ke tempat peristirahatan terakhir Soekarno di Blitar, Jawa Timur. Sampai hari ini makam Bung Karno masih menjadi tujuan wajib untuk mereka yang ingin menyelami ekspedisi panjang sejarah Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur. Tak lupa para peziarah bermunajat buat Bung Karno untuk kebaikan negeri ini.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar