--> Skip to main content

Nasihat Abah; Dadi Wong Ojo Adigung Adiguno

Kuberjalan mengiringi abah menuju masjid yang jaraknya kurang lebih seratusan meter dari rumah. Tiba-tiba beliau berpaling dan berkata: “Le, dadi wong ojo adigung adiguno” lalu terdiam dan meneruskan langkahnya. Singkat padat dan mampu difahami sekelas hamba yang waktu itu masih SMP kelas 1.

Kemaren, waktu santai dihalaman masjid bersama si kecil. Mendadak ia mengajukan pertanyaan yang membuatku terhenyak. “Bah, Abah kalau besok meninggal. Dimakamkan di situ ya?” dengan tangan menunjuk makbarah ayah dan kedua paman yang berada di selatan pengimaman.


“Ya, mudah-mudahan saja, Le” jawabku singkat. Lalu kususuli, “Kalau Abah sudah meninggal, kamu jaga mamah ya?”.

“Njih!” jawabnya singkat.

“He? Anak kelas 3 SD ini. Apa sudah mulai bisa berfikir?!” batinku. Namun belum sempat fikiranku melayang kemana-mana. Lagi-lagi dia mencecar pertanyaan lagi: “Lah kalau saya nanti mondok. Siapa yang jaga mamah, Bah?!”

“Gusti Allah!” jawabku secepat dan sekenanya.

“Ooo …” dengan mulut sedikit menganga. Baru saja dikatupkan, dianya ngomong lagi: “Kalau besok saya menikah. Mamah pasti saya jaga, Bah!”

“Weladalah ini bocaaaah” batinku, “Oke! Akan kutancapkan sekalian. Semoga kelak ia bisa teringat seperti dulu ayahku mewejangku”.

“Le, njaga mamah itu, baik kamu mondok atau setelah mondok dan ketika kamu menikah serta punya anak. Kamu harus manut dengan mamahmu. Jangan buat beliau menangis, ya” sambil ku elus kepalanya.

“Njih, Bah!”.

“Singkat lagi jawabnya?” batinku. “Dan mulai sekarang abah berpesan padamu. Kamu jangan adigung adiguno,”

“Apa itu, Bah?”

“Sini” pintaku padanya untuk mendekat. Setelah merapat. Kurangkul dan kebisiki pelan-pelan dekat telinganya: “Adigung itu, hebat, merasa agung, merasa kaya, merasa pintar, dan sejenis. Sedang adiguno adalah merasa lebih bermanfaat dari lain, merasa berjasa, merasa dibutuhkan. Pokoknya kamu jauhi perasaan merasa, ya. Jadi orang yang biasa saja,”

“Njih, Bah”.

Lalu dia kembali seperti sediakala. Ceria. Laiknya anak kecil pada umumnya.

(Dokumen Foto; Putra beliau, sesaat setelah memberi nasihat)

Penulis: Ust. R. Azmi
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar